Sabtu, 25 April 2015

BERITA Bina Iman Anak Berkebutuhan Khusus

Selasa, 06 Desember 2011
A.  Pelaksanaan Kegiatan Bina Iman Anak Berkebutuhan Khusus
Panti Asuhan Bhakti Luhur Pontianak sebagian besar menangani anak-anak berkebutuhan khusus. Mereka hidup bersama dalam dua rumah panti di bawah asuhan para suster ALMA. Kebersamaan dan pendampingan rutin para suster terhadap mereka merupakan moment/kesempatan untuk melakukan bina iman anak yang efektif dan efisien. Bina iman anak itu dilaksanakan secara bersamaan dengan kegiatan belajar, bermain, fisioterapi dan rohani.
1.    Kegiatan Belajar
Setiap hari anak-anak diajar untuk mengenal angka/huruf, merangkai suku kata, membaca suku kata, membaca gambar, mewarnai gambar, membuat cerita/bercerita, berhitung, dll. Dalam pengajaran ini Kitab Suci menjadi salah satu sarana yang banyak digunakan untuk materi membaca gambar, mewarnai gambar, membuat cerita dan bercerita. Pengajaran keagamaan pun menjadi bagian dari program belajar ini, terutama menyangkut pelajaran liturgi dan Kitab Suci. Maka, kegiatan belajar mengajar itupun menjadi sarana bina iman anak yang efektif.
2.    Kegiatan Bermain
Di samping belajar anak-anak juga diajak bermain. Berbagai permainan sengaja diajarkan untuk melatih ketangkasan anak. Permainan itu seperti lempar-tangkap bola, lari kelereng, isi botol dengan air, kipas balon, papan luncur, ayunan, naik turun tangga, treadmil, berguling irama, dll. Kesempatan bermain ini bisa menjadi lahan untuk menggali ketrampilan dan menanamkan kercayaan diri pada anak. Kesempatan bermain itupun menjadi sarana efektif bagi para suster untuk bina iman anak dengan menanamkan dan menumbuhkan nilai-nilai moral Kristiani, seperti kerja sama, saling membantu, tidak egois dan menghargai kawan.
3.    Kegiatan Fisioterapi
Kegiatan fisioterapi meliputi kontraktur dan latihan bantu diri. Kontraktur adalah rehabilitasi terhadap anak yang memiliki otot mengkerut. Fisioterapi ini misalnya berupa pengaturan posisi, latihan jangkauan gerak, dan latihan mencegah kontrkatur. Sedangkan latihan bantu diri misalnya berupa bantuan terhadap anak untuk makan, ke belakang, mandi dan berpakaian. Karena kegiatan ini dilakukan oleh para suster sendiri, maka kegiatan fisioterapi ini menjadi kesempatan bina iman anak dengan menceriterakan berbagai kisah ketabahan dan kemartiran orang-orang kudus dalam Gereja.
4.    Kegiatan Rohani
Kegiatan rohani bersama harian, seperti doa rosario, doa mau makan dan sesudahnya, doa malam, bacaan Kitab Suci dan perayaan Ekaristi/Misa rutin bulanan di panti, jelas menjadi kesempatan strategis dan praktis untuk bina iman anak.
5.   Kegiatan Seni (Tari dan Nyanyi)
Kegiatan seni, entah belajar nyanyi dan tari, entah pertunjukan di berbagai kesempatan penggalangan dana, menjadi moment bagus untuk bina iman anak. Sebab kesempatan itu dapat digunakan untuk mengajarkan lagu-lagu rohani dan lagu-lagu Gereja.
6.   Kegiatan Sosial
Kegiatan sosial bagi yang menderita, seperti berbagi kasih (sembako) dengan para pemulung dan tukang becak, juga kunjugan orang sakit dan miskin, menjadi sarana bina iman anak. Dengan kegiatan ini anak-anak dilatih untuk peduli terhadap sesamanya yang menderita. Anak-anak pun dibuka pengetahuannya bahwa bukan hanya mereka saja yang malang menderita, tetapi masih banyak lagi orang-orang yang butuh bantuan. Dengan demikian mereka tidak gampang putus asa dan berjuang untuk hidup mandiri dengan segala kekurangannya. Kegiatan sosial PERKASIH (Persaudaraan Kasih) dari orang-orang yang peduli bagi kaum penyandang cacat juga dapat meneguhkan keyakinan anak-anak, bahwa masih ada banyak orang yang mengasihi mereka dan mereka pun masih merasa berharga.
Anak-anak berkebutuhan khusus di Panti Asuhan Bhakti Luhur Pontianak tergolong dalam tiga kategori, yaitu cacat fisik, cacat mental, dan cacat fisik-mental. Menurut UU RI no. 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat pasal 6, Konvensi Hak Anak tahun 1989 pasal 23 dan Deklarasi Hak-hak Penyandang Cacat no. 3477 tahun 1975 tercatat bahwa setiap penyandang cacat (berkebutuhan khusus) berhak memperoleh pendidikan dan pemeliharaan khusus, sehingga mereka dapat menikmati kehidupan penuh dan layak. Dengan demikian jelas bahwa anak-anak berkebutuhan khusus berhak memperoleh penanganan sejak dini secara cepat, tepat dan benar untuk mencapai tingkatan perkembangan yang optimal. Oleh karena itu, bina iman untuk anak berkebutuhan khusus pun perlu diberikan sejak dini secara maksimal, agar anak dapat menerima keadaannya, mengenali potensi dirinya dan mensyukuri keberadaannya sebagai ciptaan Allah yang juga dikasihi-Nya. Di Panti Asuhan Bhakti Luhur Pontianak, kesempatan untuk bina iman anak sejak usia dini itu dapat dilaksanakan lewat berbagai kegiatan, seperti bina iman saat kegiatan rohani (doa dan perayaan Ekaristi), seni (tari dan nyanyi), belajar, bermain, fisio terapi dan kegiatan sosial (berbagi kasih dan PERKASIH).
B.  Bentuk-bentuk Pelaksanaan Bina Iman Anak Berkebutuhan Khusus
1.      Bina Iman Anak Sejak Usia Dini
Bina iman anak secara rutin dilaksanakan satu minggu sekali setiap hari Sabtu jam 16.00-17.30. Dengan buku-buku bina iman terbitan KKI KWI tahun 2008 dan 2009: Tan Mariam dkk., Aku Sahabat Yesus. Buku Pegangan Pendamping Bina Iman Anak Tahun A, B, C, anak-anak diajak secara aktif membaca/mendengarkan cerita Kitab Suci, mewarnai gambar-gambar biblis, bermain permainan bermakna dan bernyanyi rohani. Dengan buku-buku itupun pengajaran Kitab Suci menjadi liturgis, karena materi pertemuannya disusun berdasarkan bacaan Kitab Suci setiap hari Minggu dalam tahun liturgi A, B, C. Dengan demikian anak-anak sudah sejak usia dini diperkenalkan pada kisah-kisah Perjanjian Baru tentang Yesus Kristus.
Bina iman itu dilaksanakan bersamaan dengan anak-anak Panti yang sehat fisik dan mental. Dengan demikian terjadi kerja sama dan bantu-membantu antara anak-anak yang sehat fisik-mental dan anak-anak yang berkebutuhan khusus. Itu berarti bahwa sejak usia dini anak-anak sudah dilatih untuk saling tolong-menolong terhadap sesamanya sebagai ungkapan iman Kristiani. Lebih khusus lagi bagi anak-anak yang sehat fisik-mental, mereka sejak usia dini sudah dilatih untuk peduli dan membantu kawan-kawannya yang menderita cacat. Mereka telah mempelajari dan ikut ambil bagian dalam semangat Yesus sendiri: “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat 25:40).
Bina iman anak itu tidak sebatas pengajaran semata tetapi juga berlanjut dalam praktek hidup. Pengajaran iman dibarengi dengan pelatihan perwujudannya dalam hidup nyata sehari-hari. Oleh karena itu, para suster ALMA juga melatih anak-anak untuk berdoa harian, bernyanyi lagu-lagu rohani, membaca Kitab Suci, mengikuti perayaan Ekaristi secara rutin, kunjungan orang sakit dan aktif ambil bagian dalam permainan kasih dan berbagi kasih. Para suster ALMA pun menciptakan beberapa gerakan atau kegiatan organisatoris yang dapat menumbuhkan penerimaan diri anak-anak dan membuat mereka mengalami kasih Allah, seperti Forkom KDAC dan Perkasih. Ulasan berikut mau menguraikan pelatihan-pelatihan praktis para suster ALMA dalam bina iman anak itu.
2.      Doa Harian
Para suster ALMA menciptakan kesempatan khusus di mana anak-anak diajari dan dapat berlatih berdoa. Waktu-waktu itu khususnya seperti saat makan dan doa malam bersama harian serta perayaan Ekaristi bulanan di Panti. Dalam kesempatan itu anak-anak secara bergiliran dilatih untuk membuat doa dan membawakannya dalam doa makan, doa malam dan doa umat pada Ekaristi. Selain itu anak-anak diajari untuk menghafal doa-doa resmi Gereja terumus, seperti doa Bapa Kami, Salam Maria, Rosario dan doa-doa tetap dalam Ekaristi (doa tobat dan pengakuan iman para rasul).
3.    Perayaan Ekaristi Rutin (di Gereja Paroki dan di Panti)
Anak-anak setiap hari Minggu diajak mengikuti perayaan Ekaristi di Gereja Paroki Keluarga Kudus Kota Baru. Dengan demikian anak-anak diajar disiplin untuk ikut serta merayakan Ekaristi dan ambil bagian dalam kesatuan jemaat paroki. Anak-anak pun dilatih untuk semakin mencintai dan menghayati perayaan Ekaristi itu dengan perayaan rutin bulanan di Panti. Lewat perayaan rutin di Panti itu mau tak mau anak-anak terlibat langsung dalam pelaksanaannya. Sebab para suster ALMA melatih mereka untuk ambil bagian, seperti menjadi misdinar, lektor, pembuat doa umat, pembawa persembahan, dirigen dan koor.
Dengan perayaan Ekaristi bulanan di Panti, anak-anak semakin didekatkan pada perayaan itu sendiri, karena mereka dilibatkan sepenuhnya. Perayaan itupun menjadi kesempatan pengajaran praktis tentang simbol-simbol dan segala peralatan yang digunakan untuk perayaan Ekaristi. Lebih jauh dari itu, kesempatan perayaan Ekaristi bulanan juga menjadi moment tepat untuk pelatihan anak-anak tentang sikap-sikap berdoa yang liturgis.
4.   Mengenali Kitab Suci
Di Panti, anak-anak didekatkan pada Kitab Suci dengan menonton video kartun-kartun dan membaca komik-komik Kitab Suci. Akhir-akhir ini anak-anak juga diajak untuk membaca Kitab Suci dengan PR (Pekerjaan Rumah) mencari Ayat Emas. Maksudnya, setiap anak diminta untuk membaca Kitab Suci dan memilih satu ayat yang ia gemari dan paling mengena pada hatinya. Tetapi ayat itu harus berawal dengan huruf pertama dari namanya dan berakhir dengan huruf terakhir dari namanya. Contoh, si Susan (huruf pertama s dan huruf terakhir n) mengambil Ayat Emas: “Siapa berpegang pada kebenaran yang sejati, menuju hidup, tetapi siapa mengejar kejahatan, menuju kematian” (Ams 11:19).
Pencarian Ayat Emas ini nampaknya sepele, tetapi dampaknya luar biasa. Sebab anak-anak itu mau tidak mau terus membaca seluruh Kitab Suci sampai menemukan Ayat Emasnya. Hebatnya lagi, anak yang sudah mendapatkannya pun tidak berhenti membaca Kitab Suci, tetapi terdorong untuk membaca dan membaca lagi mencari Ayat Emasnya yang lain. Mereka juga hafal dengan Ayat Emasnya itu.
5.  Bernyanyi Lagu-lagu Rohani
Banyak lagu pop yang diajarkan, dihafal dan dinyanyikan dengan baik oleh anak-anak. Namun para suster ALMA lebih komit lagi dalam mengajarkan lagu-lagu rohani kepada anak-anak, entah itu lagu-lagu populer entah lagu-lagu Gereja. Sebab dalam lagu-lagu rohani itu termuat pesan iman Kristiani dan anak-anak rupanya lebih cepat menangkap dan menghafalnya.
6.   Kunjungan Orang Sakit dan Menderita
Para suster  mempunyai kerasulan rutin, yaitu mengunjungi orang-orang sakit dan menderita di Rumah-rumah Sakit dan di lingkungan sekitar mereka. Kunjungan itu juga dijadikan kesempatan untuk mengajari dan melatih anak-anak peduli pada sesamanya yang menderita. Anak-anak biasanya dibawa serta oleh suster-suster yang mengadakan kunjungan dan dilatih untuk mendoakan mereka atau membagikan sumbangan.
7.   Permainan Kasih (17 Agustus)
Sudah menjadi kebiasaan bagi para suster  bahwa setiap tgl. 17 Agustus diselenggarakan aneka permainan anak-anak baik untuk anak-anak Panti maupun anak-anak sepedesaan. Kegiatan itu diadakan untuk merayakan HUT Kemerdekaan RI bekerjasama dengan Kepala Desa dan perangkatnya. Jenis permainannya berupa aneka lomba, seperti menyanyi, mewarnai gambar, cerdas tangkas, memancing hadiah, lomba makan krupuk, lari karung, dan tarik tambang. Tempatnya sengaja dipusatkan di Panti, agar anak-anak Panti bisa terlibat dan mereka merasa masih menjadi bagian dari masyarakat sekitarnya.
8.   Berbagi Kasih
Di Panti secara rutin setiap hari raya Natal dan Tahun Baru diadakan pembagian sembako bagi orang-orang miskin. Kegiatan ini sengaja dilaksanakan di Panti, agar anak melihat dan mengalami secara langsung. Karena itu, anak-anak dilibatkan mulai dari mempersiapkan bingkisan hingga pembagiannya. Dengan demikian sejak dini anak-anak diajari dan ditanamkan dalam diri mereka kepekaan akan belas kasih bagi orang-orang miskin dan menderita.
9.   Forkom KDAC
Forkom KDAC adalah kumpulan keluarga yang memiliki anak cacat (fisik, mental, fisik dan mental) yang sepakat untuk kerja sama dalam penanganan anak cacat. Tujuannya meliputi: terwadahinya keluarga dengan anak cacat sebagai sarana untuk saling asah, asih dan asuh; terlaksananya fungsi informasi, perlindungan, advokasi dan aksesibilitas; terwujudnya pemberdayaan anak dan keluarga dengan anak cacat.
Dengan forum yang memberi perhatian secara khusus pada anak-anak berkebutuhan khusus ini anak-anak diajak untuk mengalami kasih persaudaraan, sehingga mereka sadar dan merasa tetap disayangi oleh banyak orang. Meskipun cacat, mereka tidak minder dan merasa tetap berharga, karena mengalami kasih dan perhatian dari banyak orang.
10.   PERKASIH (Persaudaraan Kasih)
PERKASIH adalah suatu persaudaraan kasih yang terdorong oleh teladan St. Vincentius dan kebutuhan yang begitu besar di Indonesia, mempersembahkan diri secara khusus untuk pelayanan, perawatan dan asuhan secara langsung dan individual, orang miskin, sakit, di tempat di mana mereka berada. Misi PERKASIH adalah menjadi pelayan kaum miskin, sakit, cacat, kurang beruntung dan tak mampu; menjadi kekuatan pengubah dalam menghadapi kemiskinan dengan praktek kasih Kristiani; menjadi kekuatan pengubah di dalam masyarakat dengan Persaudaraan Kasih bersumberdaya masyarakat.
Perkasih bergerak sebagai pelayan kasih dengan semangat doa:
TUHAN JADIKANLAH KAMI PELAYAN KASIH
Di mana ada kemiskinan,
jadikanlah kami pelayan kekayaan cinta kasih.
Di mana ada penyakit,
jadikanlah kami pelayan penyembuh ilahi.
Di mana ada pencacatan,
jadikanlah kami pelayan pembaharuan.
Di mana ada keterhambatan,
jadikanlah kami pelayan harapan.
Di mana ada keterlantaran,
jadikanlah kami pelayan persaudaraan.
Di mana ada nafsu dan dosa,
jadikanlah kami pelayan kemurnian.
Di mana ada kesusahan,
jadikanlah kami pembawa penghiburan.
Di mana ada kesedihan,
jadikanlah kami pembawa kegembiraan.
Di mana ada kekerasan,
jadikanlah kami pembawa kelembutan.
Di mana ada pemerasan,
jadikanlah kami pembawa kemurahan hati.
Di mana ada pemerkosaan hak,
jadikanlah kami pembawa hiburan.
Tuhan semoga kami lebih ingin melayani dari pada dilayani.
Mengasuh dari pada diasuh.
Memahami dari pada dipahami.
Mencintai dari pada dicintai.
Sebab dengan memberi, kami menerima.
Dengan mengampuni, kami diampuni.
Dengan melayani kaum miskin,
kami berjumpa dengan Tuhan sendiri selama-lamanya.
Amin.
Anak-anak setiap kali juga diajak dan diajari berdoa Doa PERKASIH ini. Dengan demikian sejak dini sudah ditanamkan dan ditumbuhkan dalam diri mereka semangat untuk menjadi pelayan kasih. Anak-anak diarahkan untuk menjadi pelayan di antara mereka dan bukan dilayani. Doa ini dapat membantu anak-anak untuk terus berjuang, agar bisa mandiri dalam segala kekurangan dan kelemahan fisik dan mentalnya.
C.   Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat dalam Bina Iman Anak Berkebutuhan Khusus
Para suster ALMA di komunitas Panti Asuhan Bhakti Luhur Pontianak telah ambil bagian dalam bina iman anak berkebutuhan khusus sejak usia dini. Bina iman anak itu dapat terlaksana berkat adanya beberapa faktor pendukung yang berupa: bekal pengetahuan keagamaan yang dimiliki setiap suster sebagai alumnus Sekolah Pastoral Sosial dan Evangelisasi; dan bahan bina iman anak mingguan sesuai Kalender Liturgi siap pakai yang dikerjakan oleh tim misi umat dari ALMA Pusat dan tiga buku terbitan KKI KWI 2008-2009 (Tan Mariam dkk., Aku Sahabat Yesus. Buku Pegangan Pendamping Bina Iman Anak Tahun A, B, C).
Faktor-faktor pendukung yang lain adalah: semua anak tinggal di Panti bersama para suster selama 24 jam; tersedianya sejumlah sarana modern (TV, Video, LCD, Laptop) pendukung berkatekese dan bina iman yang kreatif dan aktif; adanya kunjungan rutin bulanan dari pastor ke Panti dan jarak yang relatif dekat antara Panti dengan Gereja Paroki; dan karya pastoral mingguan para suster yang mengunjungi orang-orang sakit, miskin dan menderita.
Faktor-faktor pendukung itu sebagian telah dimanfaatkan dengan baik dan sebagian lagi belum direspon secara maksimal. Misalnya, kunjungan rutin bulanan pastor ke Panti telah dijadikan kesempatan untuk merayakan Ekaristi yang seluruhnya melibatkan anak-anak. Hasilnya, anak-anak semakin memahami dan menghayati perayaan Ekaristi, sebagaimana nampak dalam sikap mereka yang khusuk berdoa, semangat bernyanyi, serempak menyahut kata-kata dialogis pastor dan hormat menyambut Tubuh Kristus. Demikian halnya dengan karya pastoral mingguan yang berupa kunjungan terhadap orang-orang sakit, miskin dan menderita, para suster telah melibatkan anak-anak secara bergilir. Hasilnya, anak-anak semakin peduli terhadap orang-orang yang menderita, sebagaimana nampak dalam semangat mereka saat perjumpaan dan doa-doa spontan mereka.
Sementara itu bina iman anak yang lebih kreatif dan aktif dengan menggunakan alat-alat berkatekese modern masih belum dikembangkan, pada hal sarana tersedia dan para suster pun memiliki ketrampilan untuk mengoperasikannya. Inilah tantangan yang perlu direspon dalam mengembangkan bina iman anak berkebutuhan khusus pada masa mendatang. Khususnya dalam pengajaran iman secara rutin setiap hari Sabtu sore, para suster dapat memaksimalkan pemanfaatan sarana audio visual, seperti TV, Video, LCD, Laptop dan bahan-bahan pengajaran berupa video kartun tentang Kitab Suci, Ekaristi, Aneka Agama dan film-film rohani. Kiranya dengan sarana audio visual tersebut minat anak-anak untuk belajar akan semakin dikembangkan dan iman mereka pun akan semakin ditumbuh suburkan.
Pengembangan dengan memanfaatkan secara maksimal faktor-faktor pendukung itu akan semakin meningkatkan mutu bina iman anak tersebut, namun para suster terhambat dengan jumlah mereka yang sedikit. Para suster yang hanya berjumlah 6 (enam) orang harus menangani 45 (empat puluh lima) anak dan 36 (tiga puluh enam) dari mereka adalah anak-anak yang berkebutuhan khusus. Jelas bahwa waktu dan tenaga para suster itu sebagian besar telah tersita untuk perawatan medis dan pelatihan-pelatihan yang bersifat penyembuhan fisik. Oleh karena itu, para suster merekrut beberapa tenaga medis dan para perawat untuk lebih menangani penyembuhan fisik, sedangkan mereka lebih memfokuskan sebagian waktu dan tenaganya untuk bina iman anak-anak. Selain itu para suster juga meminta bantuan dan bekerja sama dengan para guru bina iman anak di paroki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar